Presiden Prabowo Subianto akan mengadakan pertemuan dengan semua mitra program makan bergizi gratis (MBG) setelah pulang dari pidato di Sidang Majelis Umum PBB di New York. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, yang menegaskan perhatian khusus presiden terhadap kelangsungan program ini.
Dadan menyatakan bahwa pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas pelaksanaan program MBG dan memastikan bahwa setiap mitra menjalankannya dengan baik. Selain itu, presiden juga berharap agar dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas makanan yang disajikan.
Dalam konferensi pers yang berlangsung di Jakarta Pusat, Dadan mengungkapkan bahwa presiden ingin mitra mematuhi pengaturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Ini termasuk pengawasan ketat terhadap menu yang disajikan agar sesuai dengan harapan masyarakat.
Pentingnya Pemantauan Program Makan Bergizi Terhadap Kesehatan Anak
Program MBG mendapatkan perhatian lebih ketika beberapa kasus keracunan makanan dilaporkan di sejumlah wilayah. Menurut data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), terdapat 5.360 anak yang mengalami keracunan terkait program ini sejak September 2025.
Dadan mengakui bahwa selama sembilan bulan pelaksanaan program MBG, ada sekitar 4.711 porsi makanan yang menimbulkan gangguan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa kendali mutu dalam penyajian makanan sangat penting untuk menjaga keselamatan konsumen, terutama anak-anak.
Presiden Prabowo menekankan perlunya menu yang tidak hanya bergizi tetapi juga aman. Ia ingin agar setiap porsi makanan yang disampaikan benar-benar memenuhi standar sehat yang ditetapkan, sehingga dapat menghindari kasus keracunan di masa mendatang.
Rekomendasi Menu dan Standar Kualitas Makanan
Salah satu aspek yang ditekankan oleh presiden adalah pemilihan jenis menu, khususnya pada penyajian telur. Dadan menyebutkan bahwa presiden menginginkan agar telur yang diberikan dalam program MBG disajikan dalam bentuk utuh, baik sebagai telur ceplok atau bulat.
Prabowo sangat tidak setuju jika telur diolah menjadi telur dadar. Menurutnya, cara pengolahan yang salah dapat memengaruhi jumlah telur yang dibutuhkan dalam setiap porsi makanan, sehingga dapat menimbulkan ketidakpuasan di kalangan penerima manfaat.
Dengan ketelitian ini, presiden berharap dapat menciptakan transparansi dan akuntabilitas dalam program pengadaan makanan. Setiap porsi harus bisa dikenali dan terukur sesuai standar yang telah ditetapkan, guna memberikan jaminan gizi bagi anak-anak yang menjadi penerima manfaat.
Pembentukan Tim Investigasi untuk Menyikapi Kasus Keracunan
Menanggapi insiden keracunan yang terjadi, Badan Gizi Nasional mengambil langkah proaktif dengan membentuk tim investigasi. Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang, menyatakan bahwa tim tersebut akan mulai bertugas untuk menyelidiki akar penyebab masalah ini dan memberikan rekomendasi perbaikan.
Tim investigasi diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan cepat dan efisien, sehingga hasilnya bisa segera digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan program MBG. Ada harapan bahwa langkah ini dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap program ini.
BGN berkomitmen untuk tidak menghentikan program meskipun ada beberapa masalah. Tim investigasi yang dibentuk harus mampu memberikan solusi yang konstruktif agar program tetap berjalan sesuai tujuan awalnya.
Meningkatkan Kualitas Makanan Melalui Edukasi dan Monitoring
Untuk mencegah adanya masalah serupa di masa mendatang, edukasi bagi mitra dan pihak-pihak terkait menjadi langkah krusial. Dadan menyampaikan bahwa pengetahuan tentang gizi dan penyajian makanan yang baik harus secara terus-menerus ditingkatkan.
Monitoring tidak hanya dilakukan pada penyajian makanan, tetapi juga terhadap fasilitas dapur dan proses pengolahan. Dengan melakukan inspeksi secara berkala, diharapkan dapat mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah sebelum mencapai penerima manfaat.
Usaha untuk meningkatkan kualitas program MBG adalah tanggung jawab bersama. Semua pihak, mulai dari pemerintah, penyedia bahan makanan, hingga pendidik, harus berperan aktif dalam menjamin keberhasilan program ini demi kesehatan anak-anak di seluruh Indonesia.











