Pertamina Patra Niaga mengungkapkan kesiapan untuk menghadapi tantangan kemandirian energi nasional, dengan memperkenalkan etanol sebagai salah satu komponen bahan bakar minyak (BBM), terutama dalam produk Pertamax Green 95 yang memiliki angka oktan RON 95. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta ketergantungan pada bahan bakar fosil, yang semakin mendesak untuk diatasi di era modern ini.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, mengungkapkan bahwa etanol membawa manfaat yang signifikan, mulai dari pertumbuhan agribisnis hingga penciptaan lapangan kerja baru dan pengurangan ketergantungan pada impor energi. Namun, Ega juga menekankan perlunya tindakan pencegahan agar langkah ini tidak mengganggu sektor-sektor lain yang berkaitan.
Dalam diskusinya pada acara Economic, Ega menekankan pentingnya mengatur bahan baku agar tidak terjadi konflik antara kebutuhan energi dan pangan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk menciptakan keseimbangan yang ideal di tengah permintaan energi yang tinggi.
Mengatasi Tantangan Energi Melalui Inovasi dan Kolaborasi
Agar kemandirian energi dapat terwujud, Pertamina Patra Niaga menjalin kerjasama dengan beberapa kementerian, termasuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Kolaborasi ini bertujuan untuk memastikan semua pemangku kepentingan terlibat dalam menemukan solusi yang berkelanjutan dan inovatif.
Ega menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti permintaan pasar dan ketersediaan bahan baku harus menjadi landasan dalam perencanaan. Dengan kebutuhan energi yang terus meningkat, penting untuk menjaga keseimbangan agar produksi tetap berjalan dengan efisien tanpa mengorbankan sektor lain.
Rencana untuk meningkatkan pasokan etanol juga menjadi bagian dari strategi ini, di mana diperlukan pasokan yang stabil untuk mendukung program pencampuran biodiesel. Pengelolaan yang baik atas supply chain akan menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan implementasi program ini.
Progres dan Respons Masyarakat terhadap Produk Berkelanjutan
Saat ini, terdapat sekitar 170 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang telah menyediakan produk Pertamax Green 95, meningkat dari 150 SPBU dalam waktu kurang dari satu tahun setelah diluncurkan. Hal ini menunjukkan respons positif dari masyarakat terhadap inisiatif ini, dan Pertamina Patra Niaga berkomitmen untuk terus meningkatkan infrastruktur dan keberlanjutan rantai pasok energi di tanah air.
Ega juga menambahkan bahwa target di tahun 2026 adalah untuk menambah lebih banyak SPBU yang menjual Pertamax Green 95. Komitmen untuk memperluas akses ini merupakan bagian dari arahan pemerintah untuk menerapkan E10, yang merupakan campuran 10 persen etanol dalam BBM.
Pentingnya edukasi kepada masyarakat tentang penggunaan etanol dalam bahan bakar menjadi sorotan utama. Dengan pemahaman yang baik, pengguna dapat lebih sadar dan menerima inovasi yang bertujuan untuk menciptakan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Strategi Menuju Kemandirian Energi yang Berkelanjutan
Pertamina Patra Niaga berupaya untuk terus menghitung keseimbangan material terkait penyesuaian bahan bakar dan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada konsumen. Ega menegaskan bahwa murah tidak selalu berarti buruk, terutama untuk bahan bakar bersubsidi yang didukung oleh pemerintah untuk tetap terjangkau.
Untuk produk non-subsidi, Pertamina memastikan bahwa kualitas dan spesifikasi yang ditawarkan tetap sesuai dengan standar yang berlaku. Komitmen ini adalah bagian dari upaya untuk mencapai ketersediaan, keterjangkauan, dan keberlanjutan bahan bakar dari Sabang sampai Merauke.
Ega menutup pernyataan dengan penegasan akan pentingnya menjaga fokus pada ketersediaan sumber daya energi yang berkelanjutan. Hal ini bukan hanya tanggung jawab Pertamina, tetapi juga melibatkan partisipasi dari semua lapisan masyarakat.











