Pada pertengahan November 2025, kondisi cuaca di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menjadi sorotan akibat kejadian longsor yang merugikan. Kelembapan tanah yang tinggi akibat hujan deras selama beberapa hari diperkirakan sebagai penyebab utama terjadinya pergerakan tanah di daerah tersebut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengkonfirmasi bahwa curah hujan yang signifikan memperburuk ketahanan tanah di Kecamatan Majenang. Ini menandakan pentingnya memahami pola cuaca yang dapat memicu bencana alam di berbagai wilayah.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan rinciannya dengan merujuk kepada data hujan yang menunjukkan peningkatan curah hujan yang luar biasa. Kondisi tanah yang sudah jenuh air berujung pada risiko stabilitas lereng yang berkurang, mengarah pada longsor yang terjadi pada Kamis, 13 November 2025.
Pola Cuaca yang Mempengaruhi Kejadian Longsor di Cilacap
BMKG menunjukkan bahwa serangkaian hujan terjadi secara berturut-turut dan menyebabkan peningkatan kelembapan tanah. Data dari Pos Hujan Majenang menunjukkan curah hujan yang sangat signifikan, yaitu 98,4 mm per hari pada 10 November dan 68 mm pada 11 November 2025.
Kondisi ini membuat lereng semakin rentan karena tanah yang basah dapat bergerak lebih mudah. Guswanto menekankan pentingnya kewaspadaan saat cuaca seperti ini terjadi, mengingat potensi longsor yang bisa mengancam keselamatan masyarakat.
Melihat kondisi atmosfer saat itu, BMKG mengidentifikasi beberapa faktor lain yang memperburuk situasi. Aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) dan pusaran angin di berbagai wilayah ikut berkontribusi dalam pembentukan awan hujan yang berpotensi menyebabkan bencana.
Peringatan Dini dan Upaya Penanganan Bencana
BMKG tidak hanya melaporkan fakta cuaca, tetapi juga memberikan peringatan dini mengenai potensi cuaca ekstrem. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diantisipasi kembali pada 19-22 November 2025 di wilayah Cilacap, seperti yang disampaikan oleh Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani.
Dalam upaya mengurangi dampak bencana, BMKG mempersiapkan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Ini bertujuan untuk mencegah terjadinya hujan deras yang bisa memperburuk kondisi di lokasi terdampak longsor.
Bagi pelaksanaannya, prosedur tersebut membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah, termasuk penerapan Status Siaga Darurat Bencana. Hal ini menunjukkan koordinasi yang kuat antara BMKG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Peran Informasi Meteorologis dalam Menghadapi Bencana Alam
BMKG terus berupaya memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penanggulangan bencana. Kepala Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Bagus Pramujo, mengungkapkan pentingnya data harian untuk mendukung evakuasi dan mitigasi di Desa Cibeunying.
Informasi cuaca yang tepat sangat diperlukan dalam proses evakuasi agar dapat meminimalisir risiko bagi masyarakat. Dengan meninjau langsung ke lokasi bencana, BMKG berusaha untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi cuaca saat ini dan perkiraannya ke depan.
Dalam keadaan darurat, kecepatan dan ketepatan informasi bisa membedakan antara keselamatan dan bencana lebih lanjut. Oleh karena itu, keterlibatan berbagai pihak sangat penting dalam mengantisipasi dan menangani bencana, khususnya di daerah-daerah yang rawan longsor seperti Cilacap.
Ancaman Cuaca Ekstrem Lainnya yang Harus Diwaspadai
Bukan hanya longsor, BMKG juga mendeteksi dua Bibit Siklon Tropis yang bisa menimbulkan cuaca ekstrem di wilayah sekitar. Pada 15-16 November 2025, kedua siklon ini dapat mempengaruhi cuaca dengan potensi hujan lebat dan gelombang tinggi, meskipun peluangnya untuk menjadi siklon tropis masih rendah.
Pengaruh dari Bibit Siklon 97S dapat menyebabkan hujan sangat lebat, terutama di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan wilayah Jawa Tengah. Sementara untuk Bibit Siklon 98S, dampak tidak langsung berupa gelombang tinggi dapat memengaruhi pesisir barat Lampung dan sekitarnya.
BMKG mengingatkan bahwa meskipun risiko siklon ini kecil, dampaknya bisa saja signifikan jika terjadi. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk tetap waspada dan berkoordinasi dalam menghadapi hal-hal yang tidak terduga yang mungkin timbul akibat cuaca ekstrem.










