Nvidia baru-baru ini mengungkapkan bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memasuki fase yang lebih maju, yaitu physical AI. Dalam presentasinya, Andry Gunawan, Enterprise Business Country Manager Nvidia, menjelaskan bahwa teknologi ini berada di atas generatif AI, yang kini semakin banyak diadopsi dalam berbagai bidang.
AI terdiri dari beberapa fase perkembangan, dimulai dari perception AI yang berfungsi untuk memahami data. Fase ini adalah dasar bagi pembelajaran mesin yang saat ini digunakan oleh banyak sistem untuk menganalisis informasi kompleks.
Selanjutnya, generatif AI muncul sebagai inovasi terbaru yang menarik perhatian publik. Teknologi ini tidak hanya menghasilkan teks, tetapi juga menciptakan musik, gambar, dan bahkan film.
Perkembangan Tahapan Kecerdasan Buatan yang Menarik
Fase pertama dari kecerdasan buatan adalah perception AI, yang menjadi langkah awal bagi perkembangan AI modern. Pada tahap ini, sistem dilatih untuk mengenali dan menganalisis data yang datang dari berbagai sumber.
Setelah itu, muncul generatif AI, yang saat ini sangat populer. Generatif AI mampu menciptakan konten baru dari prompt yang diberikan, seperti musik, karya seni, dan tulisan, sehingga memperluas cakupan kreativitas.
Fase agentic AI kemudian mengambil peran penting dengan kemampuan untuk membantu menyelesaikan masalah dan mengatur alur kerja. Dalam tahap ini, AI bisa menjadi asisten yang efektif dalam berbagai industri.
Pengembangan teknologi berlanjut menuju fase yang lebih kompleks, yaitu physical AI. Di sinilah AI mulai berinteraksi lebih jauh dengan dunia nyata, menggunakan pemahaman fisik untuk menghadapi tantangan yang lebih besar.
Pada tahapan ini, pemahaman geometri, penalaran spasial, dan kesadaran temporal menjadi esensial. Hal ini memungkinkan sistem AI beroperasi di lingkungan yang tidak terstruktur secara lebih efisien.
Pemahaman Fisik dalam AI yang Mempengaruhi Aplikasi Nyata
Physical AI merupakan fase di mana sistem AI mampu memahami dan merespons hukum fisika yang berlaku. Hal ini mencakup pemahaman mengenai gravitasi, gesekan, dan perilaku objek di dunia nyata.
Untuk berfungsi dengan baik, AI pada tahap ini memerlukan kemampuan untuk melakukan penalaran fisik. Contohnya, AI harus bisa memprediksi pergerakan objek dengan baik, seperti bagaimana bola menggelinding di atas permukaan yang berbeda.
Kemampuan untuk memahami perubahan dari waktu ke waktu juga menjadi aspek penting dalam fase ini. Misalnya, AI harus bisa beradaptasi dengan kondisi cuaca yang berubah atau lintasan objek yang tidak terduga.
CEO Nvidia, Jensen Huang, menjelaskan bahwa physical AI sangat penting untuk pengembangan robotik. Dengan menggabungkan kemampuan ini ke dalam objek fisik, AI dapat mempercepat inovasi dalam bidang robotika.
Keberadaan robot yang cerdas ini diharapkan bisa membantu manusia dalam menghadapi tantangan tenaga kerja. Dalam sepuluh tahun ke depan, Nvidia berharap pabrik yang mereka bangun akan semakin otomatis dengan dukungan tehnologi AI.
Implikasi Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Berbagai Bidang
Dengan perkembangan teknologi AI yang pesat, banyak industri yang mulai mengadaptasi sistem cerdas ini untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Misalnya, di bidang kesehatan, AI dapat membantu dalam diagnosis dan perawatan pasien secara lebih tepat.
Dalam sektor manufaktur, physical AI berpotensi memperbaiki proses produksi dengan mengurangi kesalahan dan meningkatkan kualitas produk. Robot yang dilengkapi dengan kemampuan AI mampu beroperasi dengan lebih fleksibel dan efektif.
Selain itu, dalam dunia transportasi, AI membantu dalam pengembangan kendaraan otonom yang lebih cerdas. Kendaraan ini dapat mengenali lingkungan dan merespons dengan cepat terhadap situasi yang tidak terduga.
Pendidikan juga merasakan dampak positif dari teknologi ini, di mana AI dapat memperkenalkan metode pembelajaran yang lebih personalisasi. Setiap pelajar dapat mengalami proses belajar yang disesuaikan dengan gaya dan kebutuhan mereka.
Akhirnya, di bidang hiburan, AI semakin berperan dalam menciptakan pengalaman interaktif yang menarik. Teknologi ini mampu menghasilkan konten yang mampu menyesuaikan diri dengan preferensi penonton.











