Harga minyak mentah global kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan pada perdagangan terbaru, setelah munculnya data mengenai peningkatan stok minyak mentah di Amerika Serikat. Kenaikan stok tersebut membuat pasar bergejolak, sehingga menggerakkan harga minyak untuk melanjutkan trend penurunan yang sudah dimulai sebelumnya.
Dalam beberapa hari terakhir, sentimen di pasar minyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk proyeksi pasokan global dari OPEC yang memprediksi adanya kelebihan pasokan di masa depan. Revisi ini menambah kekhawatiran akan keadaan pasar yang semakin tidak seimbang antara peningkatan produksi dan penurunan permintaan.
Sejumlah analisis menunjukkan bahwa harga minyak berjangka Brent, misalnya, mengalami penurunan yang cukup terlihat. Penurunan ini seolah menjadi tanda bahwa pasar masih berjuang untuk menemukan harga yang seimbang di tengah banyaknya variabel yang mempengaruhi dinamika harga minyak saat ini.
Faktor Penyebab Penurunan Harga Minyak Mentah Global
Salah satu penyebab utama penurunan harga minyak adalah laporan dari American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan adanya kenaikan stok minyak mentah di AS sebesar 1,3 juta barel dalam sepekan. Meskipun persediaan bahan bakar lain, seperti bensin dan distilat, mengalami penurunan, kenaikan stok minyak mentah tetap menjadi fokus perhatian para pelaku pasar.
Peningkatan tersebut menimbulkan kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan yang dapat mempengaruhi harga di masa depan. Keberadaan stok yang lebih banyak dari yang dibutuhkan dapat menekan harga lebih jauh, terutama ketika permintaan tetap lemah.
Di samping itu, revisi dari OPEC terkait proyeksi pasokan global juga berdampak signifikan. Dalam laporan bulanannya, OPEC mengisyaratkan bahwa pasokan minyak global akan melebihi permintaan pada tahun 2026, yang menambah tekanan pada harga minyak saat ini.
Pandangan Analisis mengenai Masa Depan Harga Minyak
*Suvro Sarkar*, analis energi senior dari Bank DBS, menyampaikan bahwa penurunan harga terbaru dipicu oleh revisi tersebut, di mana OPEC kini mengakui potensi kelebihan pasokan di masa depan. Pandangan yang berbeda ini menandakan bahwa mereka mulai bersikap lebih realistis mengenai permintaan dan pasokan.
Meski demikian, Sarkar memandang reaksi pasar sebagai respons yang berlebihan, karena fundamental pasokan tidak berubah secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar harus lebih berhati-hati dalam mengantisipasi perubahan besar yang mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Lebih jauh, analisis dari EIA menunjukkan produksi minyak AS terus meningkat dan diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi. ACara ini berpotensi menambah tekanan lebih lanjut pada harga minyak, apalagi jika laju produksi terus tumbuh lebih cepat dibandingkan permintaan bahan bakar yang ada.
Proyeksi Stok dan Harga Minyak di Masa Depan
Dalam laporan terbaru, EIA memproyeksikan bahwa pasokan minyak global akan terus meningkat ke depan, terutama sampai tahun 2026. Pertumbuhan produksi yang lebih pesat dibandingkan permintaan menciptakan tantangan tambahan bagi pasar yang sudah mengalami tekanan harga.
Akan tetapi, beberapa analis optimis bahwa harga minyak dapat bertahan di kisaran US$60 per barel. Kondisi ini terutama disebabkan oleh potensi gangguan jangka pendek pada ekspor Rusia yang mungkin timbul akibat sanksi internasional yang semakin ketat.
Dengan dukungan dari kemungkinan gangguan ini, harga minyak dapat memiliki pijakan yang lebih kuat dan tidak terpuruk lebih dalam. Jika gangguan pada ekspor terjadi, pasar mungkin akan melihat lonjakan permintaan yang dapat memberi napas segar bagi harga minyak mentah yang mengalami penurunan saat ini.











