Grup Lippo berencana untuk menghidupkan kembali Moro, mal tertua yang terletak di Purwokerto, setelah ditutup akibat kebangkrutan pada tahun 2023. Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, mengungkapkan informasi ini dalam acara Puncak Bulan Inklusi Keuangan 2025 yang berlangsung di Rita Mal Purwokerto, menandakan harapan baru bagi masyarakat setempat.
Dalam sambutannya, Sadewo mengakui bahwa ia belum banyak memahami dunia ekonomi dan baru mengenal istilah “kurator” melalui proses negosiasi terkait pembelian mal legendaris tersebut. Ia optimis bahwa kesepakatan penjualan untuk Moro akan segera terwujud, sehingga bisa menambah pilihan pusat perbelanjaan di wilayah Purwokerto.
Menurut Sadewo, di Purwokerto terdapat hanya dua mal yang dianggap ikonik, yaitu Rita Mal dan Moro. Dengan rencana pembangunan rumah sakit di lokasi bekas Moro, perkembangan ini diharapkan dapat meningkatkan layanan dan fasilitas yang ada di Purwokerto, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Proses Negosiasi Pengembangan Mal di Purwokerto
Sadewo menegaskan bahwa saat ini ada peminat yang serius terhadap Moro, yaitu sebuah holding yang bekerja sama dengan Grup Lippo. Ia juga mengatakan bahwa sudah bertemu dengan John Riady terkait proses tersebut, menunjukkan bahwa langkah ini semakin mendekati kenyataan.
Rita Mal yang berdiri sebagai salah satu mal legendaris di Purwokerto kini menjadi bagian dari harapan untuk mengembalikan Moro. Sadewo menambahkan bahwa angka yang telah disepakati dalam negosiasi memberikan optimisme akan terjadinya transformasi yang signifikan di daerah tersebut.
“Dengan adanya dua mal besar ini, kami berharap akan ada peningkatan dalam sektor ekonomi dan pariwisata di Purwokerto,” ujar Sadewo. Ia percaya bahwa revitalisasi Moro bisa menarik lebih banyak pengunjung dan menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk setempat.
Kondisi Keuangan Moro Sebelum Penutupan
Moro mulai beroperasi sejak tahun 1997, namun mengalami berbagai masalah keuangan yang diperparah oleh pandemi Covid-19. Dalam beberapa tahun terakhir, mal ini mengalami kesulitan dalam mempertahankan operasionalnya, hingga mengakibatkan timbulnya tunggakan utang yang cukup besar.
Di antara berbagai utang tersebut, ada kewajiban untuk pembayaran pesangon karyawan yang diperkirakan mencapai Rp12 miliar. Ini menunjukkan betapa seriusnya dampak pandemi terhadap sektor ritel dan perbelanjaan, yang pun berimbas pada kelangsungan hidup karyawan yang bekerja di mal.
Penutupan Moro menjadi salah satu contoh nyata bagaimana kondisi ekonomi dapat memengaruhi bisnis, dan betapa pentingnya upaya revitalisasi pusat perbelanjaan di tengah krisis yang melanda. Hal ini juga menyoroti perlunya dukungan dan perhatian dari pemerintah dan investor untuk memulihkan sektor yang terdampak.
Peran Grup Lippo dalam Pengembangan Bisnis
Grup Lippo dikenal sebagai salah satu konglomerat besar di Indonesia, dengan berbagai entitas bisnis yang bergerak dalam bidang properti dan layanan rumah sakit. Entitas yang terlibat termasuk PT Lippo Karawaci Tbk dan PT Siloam International Hospitals Tbk.
Meski begitu, penting untuk dicatat bahwa Lippo tidak lagi mengendalikan Siloam (SILO) sejak September 2024, saat PT Megapratama Karya Persada melepaskan status pengendali kepada Sight Investment. Hal ini menjadi salah satu perubahan signifikan dalam struktur kepemilikan perusahaan tersebut.
Dengan kerjasama yang terjalin, harapan untuk menghadirkan kembali Moro ke dalam dunia bisnis tampak semakin cerah. Lippo telah memiliki pengalaman panjang dalam pengembangan mal dan rumah sakit, yang diharapkan dapat melejitkan kembali popularitas Moro di kalangan masyarakat lokal.
Harapan untuk Masa Depan Ekonomi Purwokerto
Revitalisasi Moro sebagai pusat perbelanjaan diharapkan dapat menjadi titik awal bagi kebangkitan ekonomi Purwokerto. Banyak yang percaya bahwa keberadaan mal ini tidak hanya akan memberikan kesempatan berbelanja yang lebih baik, tetapi juga dapat menarik lebih banyak wisatawan ke daerah tersebut.
Rencana pembangunan rumah sakit di area bekas mal pun diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu, masyarakat akan mendapatkan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan dan fasilitas modern.
Dengan semua rencana ini, Bupati Sadewo optimis bahwa Purwokerto akan segera kembali bangkit, dengan adanya beragam fasilitas baru yang mendukung perekonomian lokal. Transformasi ini diharapkan tidak hanya menguntungkan sektor bisnis, tetapi juga memberikan manfaat bagi seluruh warga masyarakat.











