Perusahaan perlengkapan olahraga terkemuka baru-baru ini mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap kurang dari satu persen dari total pegawainya. Pengumuman tersebut disampaikan dengan tujuan untuk memulihkan kinerja bisnis di bawah kepemimpinan CEO baru.
Langkah ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi operasional perusahaan secara keseluruhan. Meskipun jumlah karyawan yang terdampak masih belum sepenuhnya jelas, fokus utama adalah pada penyesuaian struktur organisasi untuk meningkatkan efisiensi.
CEO menyatakan bahwa perubahan ini dirancang untuk menempatkan olahraga dan budaya olahraga di posisi yang lebih sentral. Dengan demikian, perusahaan ingin menjalin koneksi yang lebih kuat dengan para atlet dan konsumen di seluruh dunia.
Strategi PHK dan Tujuan Perusahaan untuk Masa Depan
PHK kali ini merupakan bagian dari rencana strategis yang lebih luas untuk menyesuaikan diri dengan perubahan di pasar. Dengan adanya pergeseran kebutuhan konsumen, perusahaan berusaha mengadaptasi model operasionalnya demi kelangsungan jangka panjang.
Menurut informasi terkini, perusahaan memiliki sekitar 77.800 karyawan di seluruh dunia, termasuk pegawai ritel dan paruh waktu. Namun, yang akan terdampak dari PHK ini terutama adalah pegawai yang bekerja di berbagai kantor pusat.
Pernyataan dari CEO juga menyebutkan bahwa mereka akan mengalokasikan sumber daya dengan lebih baik untuk tim lintas fungsi berdasarkan cabang olahraga yang relevan. Hal ini diharapkan dapat mengoptimalkan performa dan meningkatkan produktivitas dalam setiap area bisnis yang ada.
Dampak PHK terhadap Operasi Perusahaan di Berbagai Wilayah
PHK yang dilakukan tidak akan berpengaruh terhadap operasional perusahaan di wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Ini menjadi langkah strategis untuk mempertahankan kekuatan pasar di kawasan-kawasan tersebut, meskipun terdapat tantangan yang cukup kompleks.
Pihak manajemen juga menegaskan bahwa merek lain di bawah naungan perusahaan tidak akan terpengaruh oleh pemangkasan tenaga kerja ini. Artinya, segmen bisnis yang berbeda mungkin akan terus berkembang meski ada penyesuaian di sektor lain.
Ini bukan kali pertama perusahaan mengambil langkah drastis seperti ini. Sebelumnya, mereka juga melakukan pemangkasan tenaga kerja sebesar dua persen yang berdampak pada 1.600 orang pekerja. Langkah tersebut diambil sebagai respons terhadap menurunnya permintaan pasar setelah periode ekonomi yang kurang stabil.
Strategi Menghadapi Tantangan Global dan Pengurangan Ketergantungan pada Tiongkok
Dalam upaya mengurangi risiko dampak tarif impor, perusahaan merencanakan untuk mengurangi ketergantungan pada produksi di Tiongkok untuk pasar AS. Ini merupakan langkah yang diambil setelah perusahaan memperkirakan adanya penurunan pendapatan kuartal yang lebih kecil dari yang diprediksi sebelumnya.
Dapat dilihat bahwa dampak perubahan ekonomi global sangat mempengaruhi strategi perusahaan-perusahaan besar dalam beroperasi. Dengan fokus yang lebih kuat pada efisiensi dan adaptasi, perusahaan berharap dapat kembali ke jalur pertumbuhan yang positif.
Perusahaan juga mengindikasikan akan terus menganalisis kondisi pasar agar tetap relevan dan kompetitif di industri mereka. Dengan pendekatan yang lebih berorientasi pada pelanggan, mereka yakin bisa mempertahankan pangsa pasar yang ada.











