Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia akan segera melampaui Malaysia untuk menjadi pemimpin dalam industri halal global. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Malaysia dan Arab Saudi dalam hal pengembangan ekosistem industri halal di dunia.
Dalam konferensi persnya yang berlangsung di Gedung Kemenperin, Agus menjelaskan posisi Indonesia saat ini, yang menunjukkan kemajuan pesat dalam sektor ini. Meskipun masih berada di peringkat ketiga, ia optimis bahwa keadaan ini akan berubah dalam waktu dekat.
Berdasarkan laporan The Global Islamic Economy Report (SGIER) 2024/2025, lima negara yang menjadi pemimpin dalam industri halal adalah Malaysia, Arab Saudi, Indonesia, UEA, dan Bahrain. Agus menekankan bahwa meskipun Indonesia belum berada di urutan teratas, pencapaian yang diraih menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang menggembirakan.
Mencapai Puncak dalam Ekosistem Industri Halal di Indonesia
Agus mengungkapkan bahwa skor yang diperoleh Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan kenaikan 19,8 poin di tahun 2024. Di sisi lain, Malaysia justru mengalami penurunan skor sebesar 28,1 poin, yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang benar untuk mengejar ketertinggalan.
“Walau masih di posisi ketiga, Indonesia mencatatkan kenaikan skor tertinggi tahun ini. Ini menjadi indikasi positif bagi pengembangan industri halal,” jelasnya lebih lanjut. Optimisme Agus semakin kuat karena tren yang menguntungkan ini diharapkan terus berlanjut, membawa Indonesia ke puncak dalam waktu dekat.
Ia menegaskan pentingnya upaya bersama untuk memperkuat ekosistem industri halal, termasuk pengembangan produk-produk halal yang berkualitas. “Kita harus yakin untuk terus berjuang agar Indonesia dapat meraih posisi pertama di bidang ini,” ungkapnya.
Tantangan dan Peluang dalam Sektor Industri Indonesia
Selain berfokus pada industri halal, Agus juga menyoroti bahwa sektor industri secara keseluruhan tetap menjadi andalan di tengah berbagai tantangan. Dalam satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran, banyak masalah yang dihadapi, baik dari dalam maupun luar negeri.
Komitmen untuk meningkatkan kemampuan industri di dalam negeri masih menjadi prioritas. Agus berpendapat, ketangguhan ekonomi nasional hanya dapat dicapai jika sektor industri diperkuat melalui pengembangan yang berkesinambungan. “Kita harus terus mendorong dan memperbaiki sektor industri agar tetap berdaya saing,” katanya.
Sektor manufaktur ditemukan menunjukkan kinerja yang positif meskipun ada banyak ketidakpastian di tingkat global. Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan Nonmigas (IPNM) tercatat sebesar 4,94 persen (YoY) sepanjang Triwulan IV 2024 hingga Triwulan II 2025, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB nasional.
Indikator Positif dalam Kepercayaan Pelaku Industri
Optimisme di kalangan pelaku industri juga terlihat dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang mencapai angka 53,02 pada bulan September 2025. Angka ini menunjukkan kondisi yang ekspansif dan menunjukkan bahwa para pelaku industri percaya bahwa situasi pasar akan membaik.
Selain itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur juga menunjukkan tanda-tanda positif dengan angka mencapai 50,4. Kedua indikator tersebut mencerminkan keyakinan para pelaku usaha akan prospek yang menguntungkan di masa depan bagi industri Indonesia.
Agus menekankan bahwa indikator positif ini menciptakan atmosfer yang baik untuk pengembangan lebih lanjut. “Kami akan terus berkomitmen untuk memastikan bahwa sektor industri dapat memenuhi tantangan mendatang dengan lebih baik,” ujarnya.
Peran Strategis Pemerintah dalam Pengembangan Industri Halal
Pemerintah Indonesia berperan aktif dalam mendukung pengembangan industri halal dengan kebijakan yang tepat. Agus mengungkapkan bahwa kebijakan struktur pendukung akan diperkuat guna mengoptimalkan keberadaan Indonesia dalam industri global.
Kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci dalam memperkuat sektor ini. “Kita tidak bisa berdiri sendiri. Kerjasama lintas sektor sangat diperlukan untuk mendorong industri halal ke tingkat yang lebih tinggi,” imbuhnya.
Strategi lain yang diterapkan adalah dengan memperkenalkan program pelatihan dan sertifikasi produk halal yang lebih komprehensif. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua produk yang dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan. “Kualitas adalah kunci untuk menarik perhatian pasar global,” jelas Agus.
Dengan berbagai upaya dan kebijakan yang tengah berjalan, Indonesia berada dalam posisi yang menjanjikan untuk menjadi pemimpin dalam industri halal global. Keberhasilan ini tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat dan pelaku industri yang bergerak bersama untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam waktu dekat, jika semua rencana dapat diimplementasikan dengan baik, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat industri halal yang diakui di seluruh dunia. Kita semua harus optimis dan terus mendukung langkah-langkah yang diambil untuk menggapai visi tersebut.










