Di tengah tantangan yang dihadapi perusahaan penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM), beberapa SPBU swasta di Indonesia menghadapi masalah stok yang kritis. Dalam sebuah Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan anggota Komisi XII DPR RI, SPBU seperti Shell Indonesia dan BP-AKR mengungkapkan situasi sulit terkait pasokan BBM mereka.
Ingrid Siburian, Presiden Direktur dan Managing Director Mobilitas Shell Indonesia, menyatakan bahwa stok yang tersedia saat ini sangat minim. Dari total 197 SPBU yang dimiliki, hanya lima yang masih memiliki pasokan BBM, dan itu pun terletak di luar area Jabodetabek.
Kondisi lebih parah terjadi di Jakarta, di mana sebagian besar SPBU kehabisan stok BBM. Hanya jenis Diesel yang masih tersedia, sementara bahan bakar lainnya sudah habis dan tidak dapat diakses oleh masyarakat.
Kendala Pasokan Bahan Bakar Minyak di Jakarta
Jakarta menjadi salah satu area yang merasakan dampak signifikan dari kelangkaan BBM ini. Ingrid menjelaskan bahwa faktor utama dari kelangkaan ini adalah terganggunya rantai distribusi. Hal ini membuat hanya lima SPBU di luar Jakarta yang masih dapat menjual bensin kepada konsumen.
Menurut prediksi, stok yang tersisa di lima SPBU tersebut akan habis dalam waktu dekat. “Kami mengalami kelangkaan total,” ungkap Ingrid, menekankan betapa mendesaknya situasi yang dihadapi. Kelangkaan ini juga bisa berdampak luas bagi masyarakat yang bergantung pada kendaraan pribadi.
Dengan berkurangnya pasokan bensin, masyarakat mulai merasakan dampak langsung, terutama bagi mereka yang tidak memiliki alternatif transportasi. Keterbatasan ini menyebabkan kecemasan di kalangan konsumen yang mengandalkan BBM sebagai sumber utama kegiatan sehari-hari mereka.
Pernyataan dari Perwakilan Perusahaan BBM Lainnya
Vanda Laura, Presiden Direktur BP-AKR, memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai stok BBM di SPBU milik perusahaan tersebut. Ia mengonfirmasi bahwa meskipun masih ada pasokan yang bisa bertahan, itu pun hanya akan mencukupi hingga akhir bulan ini. “Setelah itu, kami juga akan kehabisan,” ujar Vanda kepada anggota DPR.
PT Vivo Energy menyatakan bahwa mereka juga mengalami situasi serupa. Sebuah sumber dari perusahaan tersebut mengatakan bahwa stok BBM yang tersisa saat ini adalah jenis RON 92. Namun, jenis ini diprediksi akan habis pada pertengahan bulan ini.
Situasi stok yang menurun ini makin memperparah kondisi di lapangan. Dengan hanya 44 SPBU yang dimiliki di Jabodetabek, perwakilan Vivo memperingatkan bahwa pasokan yang ada tidak mencukupi kebutuhan masyarakat.
Perusahaan Lain Memiliki Stok yang Lebih Stabil
Di sisi lain, perusahaan lain seperti PT ExxonMobil Lubricant Indonesia mengalami keadaan yang sedikit lebih nyaman. Arumi Wikanti, VP Business Support & External Affairs di perusahaan tersebut, melaporkan bahwa stok BBM di SPBU mini mereka masih dapat bertahan hingga November 2025.
Pernyataan Arumi menunjukkan keberhasilan dalam menjaga ketersediaan stok, walaupun tantangan dalam distribusi tetap ada. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan menghadapi masalah yang sama, dan ada beberapa yang terlihat lebih siap menghadapi kondisi pasar yang fluktuatif.
Namun, ketidakpastian yang ada di sektor BBM masih memberikan dampak besar. Ketersediaan yang tidak merata antara perusahaan satu dengan lainnya menambah kerumitan untuk mengatasi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
Pentingnya Pengawasan dan Kebijakan yang Tepat
Situasi ini menunjukkan perlunya pengawasan ketat dan strategi yang lebih baik dalam pengelolaan stok BBM. Pemerintah dan lembaga terkait harus segera turun tangan untuk menanggulangi masalah ini agar pasokan BBM tidak terus menurun.
Kebijakan yang lebih inovatif dan dukungan terhadap perusahaan-perusahaan penyedia BBM juga diharapkan dapat membantu memperbaiki situasi. Langkah cepat dan efektif dapat mencegah krisis yang lebih besar di masa depan dan melindungi kepentingan masyarakat.
Keterlibatan semua pihak terkait menjadi sangat penting. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat untuk membangun sistem distribusi yang lebih tangguh, menghadapi berbagai tantangan yang ada di sektor energi. Dengan cara ini, kelangkaan di masa mendatang dapat diminimalisir.











